Suara Merdeka, 12 Februari 2011
Banjir yang memorakporandakan puluhan desa di Kabupaten Pati, Kudus, dan Jepara, Minggu lalu, mendencingkan peringatan: cuaca ekstrem masih membayangi. Kalau pada beberapa tahun lalu kita masih bisa memerkirakan musim hujan lazimnya berakhir kira-kira akhir Februari atau awal Maret, sekarang semua cenderung menjadi serbatidak terduga. Secara awam, jika akhir April diprediksi baru memasuki cuaca terang, anomali cuaca harus menjadi titik perhatian tersendiri.
Dalam kondisi demikian, adaptasi bermobilitas sosial-ekonomi mesti dilakukan. Bukan hanya kerusakan infrastruktur transportasi dan yang langsung bersinggungan dengan kehidupan ekonomi masyarakat seperti sawah dan pasar; rumah-rumah penduduk pun terhantam banjir. Tanggul jebol karena pendangkalan sungai dan saluran-saluran, air sungai melimpas akibat tingginya curah hujan, hingga sifat topografi kawasan tertentu yang memang rendah sehingga menjadi tempat akumulatif parkir air.
Makin menurunnya kualitas daya tangkal sejumlah kawasan ketika curah hujan tinggi menjadi fenomena di mana-mana, termasuk Muria dan sekitarnya. Banjir bandang di Celering, Jepara beberapa pekan lalu, dan sekarang di wilayah lereng Muria dan pegunungan Kendeng utara, memiliki keterkaitan dalam kemiripan pola. Kita mesti membangun ”kecurigaan”, penurunan mutu akomodasi tanah itu terutama dipicu oleh peruntukan kawasan dan kecenderungan degradasi ekologis.
Apakah kualitas ekologis kawasan Celering, Muria, dan Kendeng mengalami degradasi karena kehilangan pilar-pilar penopang, sehingga kemampuan tangkapan airnya menurun? Perhatian dan sikap para pegiat lingkungan terhadap kawasan di lingkaran tiga gunung tersebut sebenarnya cukup intens, terutama dalam ikhtiar pengawalan Perda Tata Ruang Jawa Tengah. Hanya, banjir yang sekarang terjadi mestinya memang mengetuk kesadaran lebih besar lagi dari semua pemangku kepentingan.
Dari gejala peningkatan intensitas banjir pada musim penghujan tahun ini, maka kesiapan antisipasi di Pati, Kudus, dan Jepara menjadi ukuran bagi langkah-langkah kuratif pada tahun depan. Juga bagaimana menciptakan sistem pengendaliannya. Fokusnya adalah kesiapan, berupa manajemen antisipasi yang bersifat faali seperti pengungsian, pangan, dan langkah-langkah darurat lainnya. Selanjutnya, manajemen antisipasi yang bersifat preventif harus dijadikan sikap sepanjang waktu.
Bisa digambarkan kerusakan kantung-kantung ekonomi masyarakat: sawah, kebun, atau pasar. Juga kehancuran fasilitas seperti rumah dan sekolah-sekolah. Dituntut kesigapan otoritas-otoritas terkait dalam jangka pendek hingga masa tanggap darurat dan pemulihan selesai. Kita galang solidaritas, simpati dan empati bagi mereka yang tengah menghadapi bencana. Ke depan, bagaimana mengimplementasi konsep pencegahan dari para pemangku kepentingan di kawasan Muria dan sekitarnya.
Sabtu, 12 Februari 2011
Banjir Membayangi Kawasan Muria
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Babayliss Nano Titanium Flat Iron | TITanium Art
T. Itanium หาเงินออนไลน์ Art is an independent online titanium damascus knives art gallery. T-Babayliss titanium 200 welder Nano Titanium Flat croc titanium flat iron Iron. ion titanium on brassy hair The T-Babayliss Nano Titanium Flat Iron.
Posting Komentar