Guru SMP Negeri 31 Semarang dan Direktur Lingkar Studi Alternatif (LASTA) Semarang
PENDIDIKAN adalah bentuk dari representasi pembelajaran yang dapat berdampak pada perkembangan potensi dan skill peserta didik. Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran, guru harus terampil dan kreatif supaya pembelajaran tidak monoton.
Guru bukan sekadar mengajar secara teoretis dan menargetkan lulus dengan nilai terbaik pada eksekusi akhir (ulangan dan UN), tapi lebih dari itu, bagaimana mendesain lebih untuk bisa membentuk karakter anak didik.
Dasar pemahaman ini harus dijadikan fondasi berpikir bagi setiap guru.Sebab, mereka mempunyai peran strategis untuk mendesain dan merekayasa bentuk pembelajaran yang bermutu dan menyenangkan.
Mereka dapat memberikan sederet kemampuan. Karena itu, tanpa punya keahlian khusus dalam menyampaikannya, pembelajaran pun hanya bersifat monoton dan terlihat kaku, bahkan tidak sesuai dengan target. Jika tak ingin dianggap siswa sebagai guru yang kuper dan jadul, seharusnyalah guru pandai menyiasati semua itu dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (fun learning) sehingga kelas terasa hidup, mengasyikkan, dan membekas pada diri siswa.
Tentu hal itu tidaklah mudah. Sebab, butuh keahlian dan keyakinan kuat serta semangat membaja sehingga akan mempermudah dalam penanganan dan pengelolaan kelas yang efektif.
Libatkan Siswa
Dalam perencanaan pembelajaran, tak ada salahnya guru melibatkan siswa. Pertama, siswa harus diajak untuk terlibat aktif sehingga termotivasi dalam melakukan apresiasi dan kreativitas di kelas dengan cara memberi game.
Kedua, guru harus mengerti kondisi kelas sehingga tidak bisa disamaratakan antara kelas satu dan kelas yang lain, maka dibutuhkan strategi penanganan yang berbeda pula. Ketiga, memanfaatkan fasilitas baik berupa metode, multimedia, lingkungan maupun alat pendukung lainnya yang bisa membuat siswa merasakan betah dan nyaman dalam belajar di kelas.
Apakah ini semua mungkin dan bisa tercapai? Tentu diperlukan ijtihad (keyakinan) ekstra dari para guru dan kreativitas. Dengan menanamkan paradigma holistik maka akan tercapai inovasi tiada batas dari pendidik dan siswa pun lebih bergairah serta kreatif ketika model pembelajaran menyenangkan (fun learning) dapat dijalankan.
Dampaknya, anak didik dapat memaksimalkan potensi. Dengan demikian, otomatis para guru telah menyukseskan bentuk pendidikan tanpa mengesampingkan proses untuk mencapai hasil yang maksimal. Lebih jauh lagi, bisadikatakan guru telah melakukan investasi sumber daya manusia (SDM) untuk jangka panjang. []
[Suara Guru, Suara Merdeka 20 Oktober 2008]
PENDIDIKAN adalah bentuk dari representasi pembelajaran yang dapat berdampak pada perkembangan potensi dan skill peserta didik. Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran, guru harus terampil dan kreatif supaya pembelajaran tidak monoton.
Guru bukan sekadar mengajar secara teoretis dan menargetkan lulus dengan nilai terbaik pada eksekusi akhir (ulangan dan UN), tapi lebih dari itu, bagaimana mendesain lebih untuk bisa membentuk karakter anak didik.
Dasar pemahaman ini harus dijadikan fondasi berpikir bagi setiap guru.Sebab, mereka mempunyai peran strategis untuk mendesain dan merekayasa bentuk pembelajaran yang bermutu dan menyenangkan.
Mereka dapat memberikan sederet kemampuan. Karena itu, tanpa punya keahlian khusus dalam menyampaikannya, pembelajaran pun hanya bersifat monoton dan terlihat kaku, bahkan tidak sesuai dengan target. Jika tak ingin dianggap siswa sebagai guru yang kuper dan jadul, seharusnyalah guru pandai menyiasati semua itu dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (fun learning) sehingga kelas terasa hidup, mengasyikkan, dan membekas pada diri siswa.
Tentu hal itu tidaklah mudah. Sebab, butuh keahlian dan keyakinan kuat serta semangat membaja sehingga akan mempermudah dalam penanganan dan pengelolaan kelas yang efektif.
Libatkan Siswa
Dalam perencanaan pembelajaran, tak ada salahnya guru melibatkan siswa. Pertama, siswa harus diajak untuk terlibat aktif sehingga termotivasi dalam melakukan apresiasi dan kreativitas di kelas dengan cara memberi game.
Kedua, guru harus mengerti kondisi kelas sehingga tidak bisa disamaratakan antara kelas satu dan kelas yang lain, maka dibutuhkan strategi penanganan yang berbeda pula. Ketiga, memanfaatkan fasilitas baik berupa metode, multimedia, lingkungan maupun alat pendukung lainnya yang bisa membuat siswa merasakan betah dan nyaman dalam belajar di kelas.
Apakah ini semua mungkin dan bisa tercapai? Tentu diperlukan ijtihad (keyakinan) ekstra dari para guru dan kreativitas. Dengan menanamkan paradigma holistik maka akan tercapai inovasi tiada batas dari pendidik dan siswa pun lebih bergairah serta kreatif ketika model pembelajaran menyenangkan (fun learning) dapat dijalankan.
Dampaknya, anak didik dapat memaksimalkan potensi. Dengan demikian, otomatis para guru telah menyukseskan bentuk pendidikan tanpa mengesampingkan proses untuk mencapai hasil yang maksimal. Lebih jauh lagi, bisadikatakan guru telah melakukan investasi sumber daya manusia (SDM) untuk jangka panjang. []
[Suara Guru, Suara Merdeka 20 Oktober 2008]
0 komentar:
Posting Komentar