Dunia sastra masih dianggap tabu oleh sebagian kawula muda khususnya pelajar. Namun setelah munculnya novel Ayat-Ayat Cinta, semua kalangan termasuk pelajar berbondong-bondong membaca, mengkaji, dan menkritisi novel karya karya Habiburrahman El-Shirazy itu.
Karenanya Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MA Walisongo, lembaga di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU) Jepara, beberapa hari lalu menggelar acara bertajuk Bincang-Bincang Sastra dan Belajar Menulis bersama Kang Abik (panggilan akrab Habiburrahman El-Shirazy).
"Diskusi dan belajar menulis ini dihadiri oleh siswa dan siswi MTs/SMP, MA/SMA dan pemerhati sastra di Jepara dan Kudus," ungkap Ainun Najib, S Ag, wakil kepala bagian kesiswaan kepada kontributor NU Online, Syaiful Mustaqim.
Rabu (27/8) lalu, pukul 10.00 tepat acara dimulai. Kang Abik yang juga mantan ketua Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) ini bercerita tentang perjalanan panjang menjadi seorang penulis.
Menurut penjelasannya, novel Ayat-Ayat Cinta (AAC) bukanlah karyanya yang pertama sebab dia menulis sejak di bangku MAPK Surakarta. Bisa dikatakan AAC adalah karya yang sudah ke sekian kali.
Lebih lanjut, pengasuh pesantren Basmala ini bercerita tentang suka dan duka menjadi penulis. Katanya, menjadi seorang penulis membutuhkan proses proses panjang yang harus dilalui, meski nyawa taruhannya.
Hal itulah yang dialami Kang Abik saat mengalami kecelakaan kakinya patah saat hendak pulang perjalanan Yogyakarta-Semarang. Sejak saat itu ia bertekad dan yakin akan menjadi orang besar. Maka, muncullah AAC yang kini booming menjadi karya sastra yang digemari oleh semua kalangan.
Siang harinya, acara dilanjutkan dengan belajar menulis. Ratusan siswa dan siswi secara khidmat mendengarkan materi yang sampaikan oleh Kang Abik.
Disampaikannya, menulis membutuhkan waktu dan target khusus. "Luangkan waktu untuk kontinyu dalam menulis dan harus ada target dalam menyelesaikan tulisan itu," kata Kang Abik menanggapi pertanyaan Enny Fadhilah, salah seorang peserta. (nam)
[Warta NU Online, 2 September 2008]
Karenanya Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MA Walisongo, lembaga di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU) Jepara, beberapa hari lalu menggelar acara bertajuk Bincang-Bincang Sastra dan Belajar Menulis bersama Kang Abik (panggilan akrab Habiburrahman El-Shirazy).
"Diskusi dan belajar menulis ini dihadiri oleh siswa dan siswi MTs/SMP, MA/SMA dan pemerhati sastra di Jepara dan Kudus," ungkap Ainun Najib, S Ag, wakil kepala bagian kesiswaan kepada kontributor NU Online, Syaiful Mustaqim.
Rabu (27/8) lalu, pukul 10.00 tepat acara dimulai. Kang Abik yang juga mantan ketua Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) ini bercerita tentang perjalanan panjang menjadi seorang penulis.
Menurut penjelasannya, novel Ayat-Ayat Cinta (AAC) bukanlah karyanya yang pertama sebab dia menulis sejak di bangku MAPK Surakarta. Bisa dikatakan AAC adalah karya yang sudah ke sekian kali.
Lebih lanjut, pengasuh pesantren Basmala ini bercerita tentang suka dan duka menjadi penulis. Katanya, menjadi seorang penulis membutuhkan proses proses panjang yang harus dilalui, meski nyawa taruhannya.
Hal itulah yang dialami Kang Abik saat mengalami kecelakaan kakinya patah saat hendak pulang perjalanan Yogyakarta-Semarang. Sejak saat itu ia bertekad dan yakin akan menjadi orang besar. Maka, muncullah AAC yang kini booming menjadi karya sastra yang digemari oleh semua kalangan.
Siang harinya, acara dilanjutkan dengan belajar menulis. Ratusan siswa dan siswi secara khidmat mendengarkan materi yang sampaikan oleh Kang Abik.
Disampaikannya, menulis membutuhkan waktu dan target khusus. "Luangkan waktu untuk kontinyu dalam menulis dan harus ada target dalam menyelesaikan tulisan itu," kata Kang Abik menanggapi pertanyaan Enny Fadhilah, salah seorang peserta. (nam)
[Warta NU Online, 2 September 2008]
0 komentar:
Posting Komentar