Guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Semarang
PENANAMAN nilai-nilai sangat perlu dalam pendidikan untuk membangun kesadaran anak didik. Jadi, mereka mengetahui siapa diri dan lingkungan hidup mereka. Pendidikan nilai menekankan keseluruhan aspek sebagai pengajaran agar anak didik menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, termasuk penanaman nilai lingkungan.
Pendidikan lingkungan jadi jalan pengenalan dan menumbuhkan kesadaran soal lingkungan. Aspek etika dan moral tak semata-mata untuk berinteraksi, tetapi juga menanamkan nilai lingkungan hidup.
Kini, pencemaran lingkungan banyak disorot.
Faktor utama perusakan adalah penggunaan besar-besaran produk teknologi modern. Aktivitas industrial dengan membakar hutan menghasilkan semburan miliaran ton partikel, gas karbondioksida, dan klorofluorokarbon.
Emisi karbon muncul dari pembakaran bahan bakar fosil yang tak dapat diperbarui, seperti batu bara, gas, dan minyak bumi. Kerusakan hutan, khususnya di Indonesia yang jadi paru-paru dunia, punya andil cukup besar sebagai pemicu perubahan iklim dan pemanasan global akibat penipisan lapisan ozon.
Perusakan hutan dan penyulapan lahan petanian jadi area industri dan perumahan menimbulkan dampak negarif, antara lain kekeringan. Indonesia sangat merasakan dampak kerusakan sistem cuaca.
Kerusakan sistem cuaca menimbulkan anomali iklim berupa kenaikan suhu 1-1,5 derajat Celcius di Afrika, sehingga masa udara kering dari Australia bergerak ke hutan Afrika. Terjadilah kekeringan di kawasan ekuator, termasuk Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Sumatera.
Perubahan iklim mempersulit negara berkembang seperti Indonesia mencapai sasaran pembangunan berkelanjutan dan tujuan pembangunan milenium. Perubahan iklim mengancam ketersediaan sumber daya alam serta menciptakan persoalan baru dan membuat pencarian solusi makin sulit dan mahal.
Perlu rekonstruksi bidang pendidikan untuk menghadapi tantangan zaman global. Format pendidikan yang sesuai perlu strategi dengan penerapan pendidikan nilai ekologi berbasis agama sebagai sumber penanaman jiwa untuk mengenali arti kehidupan.
Pendidikan nilai lingkungan merupakan proses pembelajaran yang menghasilkan perubahan tingkah laku dan sikap untuk menghargai lingkungan hidup dari mikrokosmos hingga makrokosmos. Bukan cuma penyampaian pesan berupa pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai untuk mengenali diri sendiri dan lingkungan.
Diharapkan siswa mampu mempraktikkan, melestarikan, dan memanfaatkan lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Siswa mampu mengetahui peran dan tanggung jawab dalam hubungan tiga dimensi antara Tuhan, alam, dan manusia.
[Suara Guru Suara Merdeka, 01 September 2008]
PENANAMAN nilai-nilai sangat perlu dalam pendidikan untuk membangun kesadaran anak didik. Jadi, mereka mengetahui siapa diri dan lingkungan hidup mereka. Pendidikan nilai menekankan keseluruhan aspek sebagai pengajaran agar anak didik menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, termasuk penanaman nilai lingkungan.
Pendidikan lingkungan jadi jalan pengenalan dan menumbuhkan kesadaran soal lingkungan. Aspek etika dan moral tak semata-mata untuk berinteraksi, tetapi juga menanamkan nilai lingkungan hidup.
Kini, pencemaran lingkungan banyak disorot.
Faktor utama perusakan adalah penggunaan besar-besaran produk teknologi modern. Aktivitas industrial dengan membakar hutan menghasilkan semburan miliaran ton partikel, gas karbondioksida, dan klorofluorokarbon.
Emisi karbon muncul dari pembakaran bahan bakar fosil yang tak dapat diperbarui, seperti batu bara, gas, dan minyak bumi. Kerusakan hutan, khususnya di Indonesia yang jadi paru-paru dunia, punya andil cukup besar sebagai pemicu perubahan iklim dan pemanasan global akibat penipisan lapisan ozon.
Perusakan hutan dan penyulapan lahan petanian jadi area industri dan perumahan menimbulkan dampak negarif, antara lain kekeringan. Indonesia sangat merasakan dampak kerusakan sistem cuaca.
Kerusakan sistem cuaca menimbulkan anomali iklim berupa kenaikan suhu 1-1,5 derajat Celcius di Afrika, sehingga masa udara kering dari Australia bergerak ke hutan Afrika. Terjadilah kekeringan di kawasan ekuator, termasuk Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Sumatera.
Perubahan iklim mempersulit negara berkembang seperti Indonesia mencapai sasaran pembangunan berkelanjutan dan tujuan pembangunan milenium. Perubahan iklim mengancam ketersediaan sumber daya alam serta menciptakan persoalan baru dan membuat pencarian solusi makin sulit dan mahal.
Perlu rekonstruksi bidang pendidikan untuk menghadapi tantangan zaman global. Format pendidikan yang sesuai perlu strategi dengan penerapan pendidikan nilai ekologi berbasis agama sebagai sumber penanaman jiwa untuk mengenali arti kehidupan.
Pendidikan nilai lingkungan merupakan proses pembelajaran yang menghasilkan perubahan tingkah laku dan sikap untuk menghargai lingkungan hidup dari mikrokosmos hingga makrokosmos. Bukan cuma penyampaian pesan berupa pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai untuk mengenali diri sendiri dan lingkungan.
Diharapkan siswa mampu mempraktikkan, melestarikan, dan memanfaatkan lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Siswa mampu mengetahui peran dan tanggung jawab dalam hubungan tiga dimensi antara Tuhan, alam, dan manusia.
[Suara Guru Suara Merdeka, 01 September 2008]
0 komentar:
Posting Komentar