ALEXANDER MONGOT JAYA
Guru NU dengan Karya Empat Buku Berbahasa Inggris
Guru NU dengan Karya Empat Buku Berbahasa Inggris
Jepara, NU Online
Di lingkungan madrasah tempat ia mengajar, ia akrab disapa Pak Mongot. Namanya, Alexander Mongot Jaya. Tapi, itu bukan nama asli, melainkan hanya nama pena. Nama aslinya, Agus Siswanto. Ia kini mengajar di Madrasah Aliyah (MA) Walisongo, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Menjadi guru swasta, pilihan kedua baginya. Sebab, mayoritas para guru menginginkan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan gaji yang layaknya bisa mencukupi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Sebaliknya, gaji guru swasta tidaklah cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Namun, hal itu bukan jadi penghalang baginya.
Menjadi guru di madrasah dengan gaji yang pas-pasan bukan menjadi penghalang, sebaliknya dia terus berkarya sesuai bidang keahliannya, yakni menulis buku-buku berbahasa Inggris.
Sejak 2005 lalu, tercatat buku bahasa Inggris telah ditulisnya: English Revolution, Genre in Use, Listening Hand Book, dan English Smart Book. Hasilnya luar biasa. Buku karya alumnus madrasah ini, pada 2001 lalu, seakan menjadi magnet bagi kalangan sekolah swasta maupun negeri di Jepara dan sekitarnya. Sehingga ketika terbit, beberapa waktu kemudian buku-bukunya laris manis bak kacang goreng.
Unik memang melihat buku-buku karya Pak Mongot, sebab mulai isi buku hingga tata letak adalah garapan tangan kreatifnya. "Buku-buku yang saya terbitkan memang aneh dan sangat berbeda dengan buku-buku yang lain," kata lelaki kelahiran Jepara, 24 April 1982 itu.
Agus Siswanto yang berprofesi sebagai guru dan interpreter ini berharap agar guru yang bernaung di Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama (NU) lebih kreatif. Sehingga pandangan miring tentang lembaga tersebut bisa dkurangi. Selain itu, guru swasta jangan pernah merasa minder dengan guru negeri.
Kreatif bisa diartikan melakukan inovasi terhadap mata pelajaran yang ditekuni. Salah satunya, menulis buku yang lain daripada yang lain. Artinya, meski substansinya sama, namun harus ada hal yang menarik yang perlu ditonjolkan.
Tampaknya hasil kerja kreatif lulusan Akademi Bahasa (AKABA) 17 Semarang itu telah menuai hasil. Setidaknya, guru negeri telah menjadikan buku karya Agus sebagai referensi bagi para peserta didik.
"Jika setiap guru mata pelajaran dapat menerbitkan buku, niscaya guru Maarif NU bisa saja menjadi kiblat yang layak diperhitungkan," tegas Sekretaris Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris LP Maarif NU Jepara itu kepada kontributor NU Online, Syaiful Mustaqim, Rabu (24/09) kemarin.
Kini, Pak Mongot sedang mempersiapkan buku Genre in Use kolaborasi dengan Branti, guru SMAN 1 Jepara. Rencananya, buku itu akan diterbitkan pada semester genap mendatang. Kita berharap kerja kreatif Pak Mongot layak diteladani, sehingga para guru Maarif NU segera meniru jejak langkahnya. (rif)
[Warta NU Online 25 September 2008]
Di lingkungan madrasah tempat ia mengajar, ia akrab disapa Pak Mongot. Namanya, Alexander Mongot Jaya. Tapi, itu bukan nama asli, melainkan hanya nama pena. Nama aslinya, Agus Siswanto. Ia kini mengajar di Madrasah Aliyah (MA) Walisongo, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Menjadi guru swasta, pilihan kedua baginya. Sebab, mayoritas para guru menginginkan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan gaji yang layaknya bisa mencukupi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Sebaliknya, gaji guru swasta tidaklah cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Namun, hal itu bukan jadi penghalang baginya.
Menjadi guru di madrasah dengan gaji yang pas-pasan bukan menjadi penghalang, sebaliknya dia terus berkarya sesuai bidang keahliannya, yakni menulis buku-buku berbahasa Inggris.
Sejak 2005 lalu, tercatat buku bahasa Inggris telah ditulisnya: English Revolution, Genre in Use, Listening Hand Book, dan English Smart Book. Hasilnya luar biasa. Buku karya alumnus madrasah ini, pada 2001 lalu, seakan menjadi magnet bagi kalangan sekolah swasta maupun negeri di Jepara dan sekitarnya. Sehingga ketika terbit, beberapa waktu kemudian buku-bukunya laris manis bak kacang goreng.
Unik memang melihat buku-buku karya Pak Mongot, sebab mulai isi buku hingga tata letak adalah garapan tangan kreatifnya. "Buku-buku yang saya terbitkan memang aneh dan sangat berbeda dengan buku-buku yang lain," kata lelaki kelahiran Jepara, 24 April 1982 itu.
Agus Siswanto yang berprofesi sebagai guru dan interpreter ini berharap agar guru yang bernaung di Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama (NU) lebih kreatif. Sehingga pandangan miring tentang lembaga tersebut bisa dkurangi. Selain itu, guru swasta jangan pernah merasa minder dengan guru negeri.
Kreatif bisa diartikan melakukan inovasi terhadap mata pelajaran yang ditekuni. Salah satunya, menulis buku yang lain daripada yang lain. Artinya, meski substansinya sama, namun harus ada hal yang menarik yang perlu ditonjolkan.
Tampaknya hasil kerja kreatif lulusan Akademi Bahasa (AKABA) 17 Semarang itu telah menuai hasil. Setidaknya, guru negeri telah menjadikan buku karya Agus sebagai referensi bagi para peserta didik.
"Jika setiap guru mata pelajaran dapat menerbitkan buku, niscaya guru Maarif NU bisa saja menjadi kiblat yang layak diperhitungkan," tegas Sekretaris Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris LP Maarif NU Jepara itu kepada kontributor NU Online, Syaiful Mustaqim, Rabu (24/09) kemarin.
Kini, Pak Mongot sedang mempersiapkan buku Genre in Use kolaborasi dengan Branti, guru SMAN 1 Jepara. Rencananya, buku itu akan diterbitkan pada semester genap mendatang. Kita berharap kerja kreatif Pak Mongot layak diteladani, sehingga para guru Maarif NU segera meniru jejak langkahnya. (rif)
[Warta NU Online 25 September 2008]
1 komentar:
sukses selalu untuk Pak Mongot..
semoga manjadi spirit bagi para guru madrasah untuk berkarya..
demi memajukan pendidikan di madrasah, khususnya yang bernaung di Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama (NU)..amiin.
Posting Komentar