Sabtu, 21 Februari 2009

Membudidayakan Tanaman Dewandaru

Oleh M Abdullah Badri
Pimred LPM IDEA Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, bergiat di Dewandaru Jepara Society

ADA satu jenis tanaman yang menurut sebagian orang berasal dari Pulau Karimunjawa, Jepara, yaitu Dewandaru. Tanaman yang disukai kalangan habaib (garis keturunan Nabi Muhammad saw) ini banyak tumbuh subur di daerah yang terletak di utara Kabupaten Jepara. Kayu tanaman yang konon dibawa pertama kali oleh Sunan Nyamplungan, putra Sunan Muria, dari sang ibunda yang pernah mendapatkannya dari negeri Cina ini memiliki keistimewaan tersendiri.

Orang yang ingin membawa keluar kayu Dewandaru dari Karimunjawa dengan menggunakan transportasi kapal, banyak yang tidak berhasil, terhalang oleh gelombang ombak besar, atau bahkan tenggelam. Pohon ini, menurut riwayat masyarakat setempat, mempunyai daya magis.

Dewandaru (Eugenia Uniflora) termasuk jenis tanaman yang sangat langka. Habitat dominannya terdapat di negara-negara Amerika Selatan, terutama di Brazil, Argentina, Paraguay dan Uruguay (Consolini&Sarubbio, 2002). Sedangkan di Indonesia, tanaman ini menyebar di Jawa (terutama di Cirebon) dan Sumatra (Hutapea, 1994).

Kayu Dewandaru yang keras banyak dijadikan orang sebagai bahan pembuatan sovenir cantik yang cukup laku mahal dipasaran, seperti tasbih, gelang dan kalung. Bahkan ada sebagian orang yang percaya bahwa aroma wangi kayu yang memiliki warna coklat itu dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan dalam ilmu kanuragan. Ada juga yang meyakini kayu Dewandaru yang disebut orang Cina shian-to ini memiliki khasiat untuk menghilangkan gangguan gaib, pengasihan dan menambah kharisma. Meskipun demikian, ada juga yang menggunakannya sebagai tanaman hias semata.

Bukan hanya itu, daunnya yang bulat panjang berwarna hijau dan buahnya yang berwarna coklat dapat pula dimanfaatkan untuk mengurangi tekanan darah tinggi. Dapat juga dimanfatakan untuk menurunkan metabolisme lipid (Ferro, 1988). Daunnya juga berfungsi sebagai obat antidiare, diuretik, antirematik, anti-febrile, antidiabetik dan penghambat peningkatan glukosa plasma (Consolini, 2000).

Melihat banyaknya manfaat yang dikandung, Dewandaru cukup prospektif untuk dikembangkan. Apalagi dalam berbagai penelitian mutakhir yang telah dilakukan, tanaman tersebut ternyata berguna sebagai obat anti kanker, sebuah penyakit yang menjangkiti manusia modern sekarang (Handayani, 2006).

Sebagai Pintu Kehidupan
Kepulauan Karimunjawa yang terdiri atas 27 pulau, ternyata tidak hanya memiliki satu tanaman khas saja. Ada tanaman lain yang cukup dikenal di kalangan masyarakat Jepara, yaitu Stigi dan Kalimasada. Dua tanaman langka ini, sebagaimana Dewandaru, juga dianggap memiliki kekuatan gaib dan khasiat tersendiri. Namun, yang setiap unsurnya berguna bagi kehidupan kita adalah Dewandaru.

Namun sayang, upaya untuk mengembangkan Dewandaru secara optimal ternyata belum menampakkan gejala positif. Ada beberapa alasan mengapa upaya pengembangan Dewandaru ini hampir tidak ada. Pertama, asumsi masyarakat tentang manfaat tanaman ini lebih dominan unsur mistisnya daripada manfaat secara lahiriyah, semisal untuk kepentingan dunia medis. Padahal, manfaat medis lebih besar pengaruhnya daripada mistis.

Kedua, minimnya pengetahuan publik mengenai manfaat tanaman ini. Literatur yang membahas keistimewaan Dewandaru sulit dijumpai dalam kajian ilmu alam. Di wikipedia yang biasanya menjadi rujukan istilah-istilah musykil tidak ditemukan manfaat Dewandaru. Hanya di beberapa blog saja yang menyedikan keterangan tentang itu. Itupun sangat terbatas.

Ketiga, belum ada penelitian yang lebih serius yang berlanjut pada pengembangan tanaman Dewandaru secara massif. Penelitian yang ada selama ini ada terkesan bersifat normatif. Sehingga, kalaupun penelitian itu menemukan hal baru yang spektakuler, tidak ada pihak yang bersedia mengembangkannya. Hasil penelitian mangkrak di rak-rak buku.

Pada tahapan selanjutnya, Dewandaru, meskipun banyak memiliki manfaat dalam bidang pengobatan, namun masuk dalam kategori “alternatif”, yang dalam persepsi umum masih diragukan.

Karenanya, diperlukan sosialisasi massif kepada masyarakat tentang besarnya manfaat tanaman “para dewa” ini –dalam mitologi orang Cina-. Untuk melakukan itu, diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, para peneliti dan masyarakat. Bentuk konkritnya antara lain adalah pemerintah menyediakan ruang dan kesempatan kepada para peneliti untuk melakukan analisis lebih mendalam tentang manfaat tanaman tersebut.

Pada tahapan selanjutnya, sosialisasi hasil penelitian menjadi perkara penting yang harus dilakukan kepada masyarakat. Ketika masyarakat telah mengetahui manfaat tanaman dewandaru, diharapkan akan menarik minat mereka dalam membudidayakannya. Tentu, jika hal itu terwujud akan memiliki dampak ekonomi dan sosial yang lebih riil dan lebih luas. Ruang-ruang kehidupan akan tercipta. []

8 komentar:

Arip mengatakan...

Betul, seharusnya tanaman2 yang berguna lebih diteliti dan dikembangkan manfaat riilnya daripada sekedar mitosnya yang dapat menimbulkan kemusrikan.

Anonim mengatakan...

makasih buat saudara Arip atas komantarnya...

Darma Yoga mengatakan...

saya punya banyak tanaman itu..... di rumah ku seiap 6 bulan sekali berbuah, banyak banget.... klo di jual 1 pohon tu mahal nga ya/.;?

smart institute jepara mengatakan...

semoga peneliti muda jepara segera bermunculan...

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum wrwb.
Kami sedang membudidayakan tanaman dewandaru (eugenia-ceri merah) atau cermai merah di jakarta.

Bagi siapa saja yang memerlukan info ini silahkan menghubungi ibu Sri di 021-7310333.
Atau hp : +62-08158851974

Atau email ke :
aisyiyah@gmail.com.

Kami menjualnya dalam pot.
Tinggi tanaman antara 10 cm-50cm dengan harga bervariasi.

Semoga info ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan tanaman ini sebagai obat alternatif karena daun, buah hingga batangnya dapat menjadi obat berbagai penyakit. InsyAllah.

Mohon di sebarkanluaskan.
Terimakasih.
Salam
Ibu Sri

smart institute jepara mengatakan...

oke

BLOG AJAR mengatakan...

Aku baru 2 hari menanamnya dikasih sama Pak RT , katanya beliau dikasih dari Pihak Kelurahan 3 pohon dewandaru. yang satu ditanam sendiri dan diberikan kepada saya dan anak beliau sendiri.jazakallah khayr Pak RT.

Bung Tomo mengatakan...

Say sudah coba dgn cara stek& semai biji ada sekitar 13 calon tanaman.semoga dpt tumbuh dgn baik.. # COBA IKUT HIJAUKAN BUMI PERTIWI.