Kamis, 01 April 2010

Amoralitas Siswa dan Peran Sekolah

Suara Merdeka, 01 April 2010

Oleh M Saifuddin Alia

SALAH satu problem besar dunia pendidikan yang harus segera ditangani dengan serius adalah perihal moralitas siswa yang kondisinya sekarang sangat memprihatinkan. Betapa tidak, nyaris setiap hari kita selalu disuguhi berita tentang amoralitas siswa, baik itu dari media cetak maupun elektronik, baik itu dilakukan oleh siswa SMP maupun SMA.

Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, perilaku amoralis itu ada yang dilakukan oleh siswa SD. Baik dalam bentuk tawuran antar pelajar, pergaulan bebas, pelecehan seksual, pencurian, penipuan, perjudian, maupun mengonsumsi narkoba.

Nah, mengingat kondisi riil moralitas siswa kian hari kian mengkhawatirkan, maka optimalisasi peran sekolah untuk mengatasi masalah tersebut menjadi keniscayaan.

Dalam konteks ini, setiap sekolah diharapkan secara khusus memberi perhatian terhadap masalah amoralitas siswa itu. Misalnya, dengan menciptakan suasana sekolah lebih religius, mewajibkan setiap siswa untuk taat menjalankan perintah agama, serta menjauhi segala larangannya.

Intensifikasi bimbingan rohani siswa hendaknya juga ditingkatkan. Tentu sekolah harus bersikap tegas terhadap siswa yang terbukti melakukan perbuatan amorali. Sekolah hendaknya memberi sanksi seberat mungkin pada mereka.

Ini penting sekali sebab selain hal itu merupakan wujud hukuman, juga sekaligus merupakan suatu tindakan pencegahan agar siswa tidak sampai terjerumus walaupun sekali saja.

Optimalisasi peran sekolah ini harus mendapat dukungan penuh dari keluarga, khususnya wali murid. Keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak dituntut mampu untuk selalu memberikan nasihat pada putra-putrinya, dan sekaligus senantiasa mengawasi pergaulan mereka.
Keluargalah yang bisa memantau secara aktif dan memiliki waktu lebih banyak bila dibandingkan dengan pihak sekolah yang hanya bisa mengawasi siswa selama 7-8 jam.

Optimalisasi peran sekolah juga harus mendapat dukungan maksimal dari masyarakat. Bila ketiga komponen utama di atas bisa bekerja sama dengan padu dan saling bantu-membantu, maka dapat dipastikan proyek besar untuk membangun moralitas siswa akan tercapai. Wallahu aĆ­lam. (45)

0 komentar: