Sabtu, 29 Agustus 2009

Jejak Urwah, Buron Terorisme

Ponpes Al-Muttaqin: Kami Tidak Mengajarkan Kekerasan

Oleh Rosidi

Ponpes Al-Muttaqin di Sowan Kidul, Kabupaten Jepara disorot, karena salah satu buron kasus terorisme, Bagus Budi Pranoto alias Urwah, pernah nyantri di sekolah itu. Pengapus ponpes menegaskan ponpes Al Muttaqin tidak mengajarkan kekerasan.

"Kami tidak mengajarkan kekerasan," kata KH Sartono Munadi, pengasuh Ponpes Al-Muttaqin saat ditemui detikcom Selasa (25/8/2009) lalu di rumahnya yang teduh di kompleks pesantren. Ustad Sartono tampak santun dan bersahabat.

Bangunan rumah Kiai Sartono sederhana, namun cukup teduh. Rumah
bercat putih berpagar merah itu memiliki halaman samping yang cukup luas.
Sebuah mobil Suzuki Carry terparkir di halaman rumahnya. Sementara di dalam rumah, terdapat lima kursi dan sebuah meja bundar, yang di atasnya, terletak empat kitab yang cukup tebal.

Kiai Sartono menceritakan perihal pesantren yang dirintisnya sekitar 20 tahun lalu. "Kami sama dengan pesantren pada umumnya. Hanya dalam penyampaian, kami menggunakan bahasa pengantar Bahasa Arab, Inggris dan Indonesia, agar santri yang dari luar Jawa juga bisa memahami," ujar dia.

Sementara kitab-kitab yang diajarkan, antara lain Aisarut Tafaasir, Silsilah Tafsir, Fikih Sunnah dan Minhajul Muslim. "Tidak ada yang beda. Sementara untuk tauhid, kita memakai kitab Qidah Thahawiyah karya Dr. Sholeh Fauzan," terang Kiai Sartono yang sehari-hari juga berprofesi sebagai petani dan berdagang konveksi kecil-kecilan.

Terkait dengan isu terorisme saat ini yang lagi jadi perbincangan hangat, Kiai Sartono mengaku tidak pernah merasa mengajari santrinya menjadi teroris atau melakukan tindak kekerasan lain. "Kalau ada alumnus ponpes saya, mungkin karena setelah lulus, ia terbawa arus dengan teman atau ia belajar dengan siapa. Pergaulan sekarang kan kompleks," tutur dia.

Pada prinsipnya, menurut dia, pihaknya mendirikan pesantren dengan bekerja dan ikhlas, agar bisa membantu pemerintah menyiapkan generasi yang cerdas dan berkahlaq. "Kalau pemerintah mencari-cari kejelekannya saja, pasti dapat. Di manapun. Tetapi apakah pemerintah memperhatikan dan memberi apresiasi kepada pesantren sebagai lembaga pendidikan yang notabene wajah Islam Indonesia," tegas Kiai yang mengaku ponpesnya tidak ada sangkut paut atau hubungan apa pun dengan Abu Bakar Ba'asyir.

Hingga Sabtu (29/8/2009) polisi belum bisa menangkap Urwah, yang menjadi buron kasus bom Marriott dan Ritz-Carlton. Jejak terakhirnya, Urwah tinggal di sebuah rumah di RT 01 RW 04 di kampung Buntarejo, Kadokan, Grogol, Sukoharjo. Dia masih terlihat pada 7 Agustus 2009, beberapa jam sebelum polisi melakukan penggerebekan di Jatiasih da Temanggung.

Sumber: Detik.com, 29 Agustus 2009

0 komentar: