Senin, 11 Agustus 2008

Mustaqim, Pewarta Terbaik Juli 2008

Kali ini, predikat pewarta warga terbaik tersandang kepada seorang mahasiswa. Syaiful Mustaqim, mahasiswa semester akhir IAIN Walisongo ini tergolong rajin mengirimkan tulisannya ke Suara Warga. Salah satu tulisannya, Mesum Area, bahkan telah 'merajai' blog ini selama hampir satu bulan.


Semua butuh proses, prinsip Mustaqim, sehingga tidak masalah baginya bila hingga kini ia belum juga lulus dari kuliahnya. "Lulus berlama-lama di kampus, bukanlah menjadi kendala," ujarnya. "Saya memiliki banyak obsesi!"

Bagi Mustaqim, sebagian obsesinya ternyata sudah terealisasi. Satu di antaranya, berwirausaha. Kini mahasiswa fakultas Tarbiyah angkatan 2003 ini mengelola Asa Computer (biro pengetikan) secara pribadi di dekat kampusnya. Meski hasilnya belum seberapa, namun baginya itu tak menjadi masalah.

Obsesi yang lain, menjajal kemampuan di dunia penulisan. Sejak awal 2008, Mustaqim telah menekuni dunia penulisan secara otodidak.

Tak beberapa lama, beberapa tulisannya telah mewarnai berbagai media. Tabloid Yunior, Suara Merdeka, Wawasan, Kompas, memuat karyanya.

Meski terhitung cepat, ternyata tidak semudah itu usahanya menembus media. Tulisannya tidak serta merta langsung dimuat dan mendapatkan honor dari redaksi, namun dia mengawali dengan menulis SMS Pembaca. Setelah beberapa SMS Pembacanya dimuat, dia berpindah menulis Surat Pembaca. "Kedua hal itulah yang memberikan spirit, dan akhirnya beberapa tulisan saya kini benar-benar mewarnai berbagai media," akunya.

Di sesela kesibukannya kuliah, menulis, dan mengelola usahanya, mahasiswa yang mengambil prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) ini menyempatkan diri mendampingi jurnalis pelajar di kota kelahirannya, Jepara, sejak dua tahun lalu. Dan kini, dia dipercaya sebagai pembina program ekstra kulikuler jurnalistik di almamaternya, MA Walisongo Jepara. Setiap pekan, mantan sekretaris umum Keluarga Mahasiswa Jepara Semarang (KMJS) ini harus bolak-balik Jepara-Semarang.

Meski memiliki banyak obsesi, pegiat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di kampungnya ini tidak mematok target. "Yang terpenting adalah saya mampu mengelola bisnis, memberikan upah bulanan kepada karyawan. Berlatih bagaimana menjalankan bisnis yang benar."

Secuil asa darinya, profesi menulis tetap akan dia geluti, meski nantinya bisnis rental, sablon dan pengetikannya bertambah besar. "Dan terakhir, semoga saya cepat menjadi sarjana!" Lho, bukannya tadi kamu bilang tidak masalah lama-lama di kampus?

[Suara Warga Suara Merdeka 10 Agustus 2008]

0 komentar: