Senin, 01 September 2008

Museum Kartini, Riwayatmu Kini

Oleh Syaiful Mustaqim


Sosok
RA Kartini bagi wong Jepara merupakan ibu dari sebuah daerah (kabupaten). Dalam lingkup luas dia adalah pahlawan emansipasi. Kartini berjuang menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Dia mendongkrak kultur feodalistik dan paternalistik, serta mengilhami perempuan melawan diskriminasi terhadap kaum hawa.

Untuk mengenang jasa-jasanya, dibangun sebuah museum. Museum Kartini namanya. Museum ini berada di pusat kota (sebelah utara) Alun-alun Jepara. Museum ini secara resmi dikelola Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jepara.

Museum Kartini berdiri pada 30 Maret 1975, pada masa pemerintahan Bupati Soewarno Djojomardowo. Peresmian museum oleh Bupati Soedikto pada 21 April 1977.

Museum yang berdiri di atas tanah seluas 5.210 meter persegi dengan luas bangunan 890 meter persegi ini terdiri atas beberapa gedung. Di situ tempat penyimpanan benda-benda peninggalan Kartini dan kakaknya, Sosrokartono, serta benda-benda kuno dan budaya hasil temuan dari Kabupaten Jepara.

Museum terbagi dalam empat ruangan. Pertama, ruangan berisi koleksi peninggalan RA Kartini berupa meja, kursi, radio, piring, gerobak dan koleksi foto-fotonya semasa hidupnya. Kedua, ruang untuk benda-benda peninggalan sang kakak, RM Panji Sosrokartono.

Ketiga, ruangan berisi koleksi benda-benda bernilai sejarah seperti tulang ikan raksasa Joko Tuwo (temuan April 1989) yang panjangnya sekitar 16 meter, berat 6 ton, lebar 4 meter, tinggi 2 meter, dan berumur 220-an tahun. Keempat, ruangan koleksi kerajinan Jepara, yakni ukir-ukiran, keramik, anyaman bambu, dan rotan, serta alat transportasi zaman dahulu.

Sayangnya, museum itu sepi pengunjung. Museum Kartini hanya ramai pengunjung setiap April. Selain April, museum hanya menjadi bangunan tua dan kosong yang tanpa sentuhan manusia. Sungguh ironis. Jadi, tidak ada salahnya Pemkab Jepara atau dinas yang menanganinya lebih getol mempromosikan keberadaan museum ini.

Museum bukan hanya milik pencinta sejarah. Bagaimanapun, di museum itu pengunjung dapat mempelajari perjuangan seorang perempuan untuk lepas dari kungkungan. []

SYAIFUL MUSTAQIM Direktur Smart Institute, Jepara, Jawa Tengah

[Kota Kita Kompas Jateng, 26 Agustus 2008]

0 komentar: