Selasa, 17 Maret 2009

Wisata Religi: Mengembangkan Potensi Mantingan

Oleh Syaiful Mustaqim
Warga Kauman, Kalinyamatan, Jepara

Mantingan adalah salah satu desa di Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Desa yang terletak empat kilometer arah selatan pendopo Kabupaten Jepara itu memiliki Masjid Mantingan. Masjid yang dibangun 1481 tahun Saka atau 1559 Masehi oleh Sultan Hadlirin ini menjadi spektrum kuat bagi kebesaran Islam di pesisir tanah Jawa dan merupakan masjid tertua kedua (setelah Masjid Agung Demak).

Selain bangunan masjid, di Mantingan juga ada makam Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin. Terdapat pula makam waliullah Mbah Abdul Jalil (nama lain dari Syekh Siti Jenar)

Dari sisi pendirian, Masjid Mantingan berarsitektur sangat unik. Terbukti dari relief-relief bangunan masjid. Percampuran kultur Hindu sangat kental mewarnai perkembangan budaya masyarakat saat itu, yang terlihat dari motif-motif ornamen hiasan masjid.

Banyaknya ornamen relief itu menunjukkan hasil karya seni berkualitas tinggi. Misalnya, motif kijang, gajah, dan kera terukir sangat halus pada batuan sejenis kapur yang keras. Ada juga relief Ramayana, dengan tokoh Hanoman, Rama, dan Shinta. Pengaruh budaya Hindu lain adalah gapura yang bernama candi bentar.

Gapura itu semula melintang di jalan antara Mantingan-Sukodono, hingga menembus Pasar Ngabul, Kecamatan Tahunan. Pesatnya industri mebel ukir menjadikan jalan desa itu menjadi jalan raya kabupaten yang juga dilalui kendaraan besar, termasuk truk-truk pengangkut kayu bahan baku industri mebel.

Masjid peninggalan Raden Toyib (nama dari Sultan Hadlirin) itu pernah dipugar Suaka Peninggalan Sejarah Purbakala Jawa Tengah. Saat itu ditemukan ornamen pada dinding bagian dalam masjid. Ornamen berjumlah banyak itu beberapa di antaranya dipasang di tembok serambi masjid. Sisanya, disimpan di gudang masjid, di Museum Kartini Jepara, dan di Museum Ronggowarsito Semarang.

Masjid dan makam Mantingan itu dapat menjadi tujuan wisata religi di Jepara. Namun, masjid hanya ramai setiap malam Jumat Wage, Ramadhan, dan saat ritual Ganti Luwur (kelambu) pada 17 Rabiulawal, sehari sebelum peringatan HUT Jepara.

Perlu kerja sama berbagai pihak mulai pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten agar Mantingan menjadi bangunan bersejarah yang senantiasa ramai pengunjung setiap hari. Semoga.

Sumber: Kompas

0 komentar: