Minggu, 11 Januari 2009

Lelaki Malam dan Kejora Jingga



aku akan menulis puisi cinta terindah untukmu

tak perlu lagi kau menulis puisi
hadirmu adalah puisi
senyummu pun puisi
apalagi yang harus kau tulis
sedang semua tlah aku ukir?
aku mencatat semua tentangmu di lembar imajiku
dalam nyata aku takkan mampu

dan kau adalah puisi terindah yang tak mampu kutuliskan
setiap detik detak bersamamu adalah bait-bait sajak

aku takkan pernah selesai mengejamu
dari setiap kata yang kauucap
aku menemukan makna yang merangkap-rangkap

seperti halnya aku takkan pernah sempurna mengejamu
selalu saja ada yang luput kuraba
kabut itu demikian pekat. tak sanggup kuurai menjadi cahaya
menerangi seutuh sosokmu apa adanya

maknai aku dengan sederhana
maka kau akan menemukanku seutuhnya
bukan lewat ketinggian
bukan lewat kemegahan
aku hanya sekumpul kesederhanaan
yang tertampung dalam satu rupa

aku mengumpulkan seutas demi seutas
senyum yang berserak di tepian rindu
entah… adakah senyum itu milikmu salah satunya

senyum kerinduan pada sepenggal jiwa yang hilang
pada separuh hati yang pergi
mungkinkah di sini kutemukan setengahku

huruf demi huruf di tanganmu seolah saling menyahut
merangkai ucap laksana firman
yang kan kuhafal sebagai pedoman
hanya sebuah kemungkinan yang terentahkan

kita adalah baris demi baris puisi
terpaut ruang dan waktu imaji
sajak cinta yang paripurna
kebersatuan yg agung
dua garis yang kelak bertemu di penghujung

: di lingkaran itu kita kan bersatu

ruang maya, 301208

0 komentar: